Sebagian orang mencibir peruqyah dengan mengatakan:
"Masa meruqyah hampir tiap hari ?"
"Apakah ulama salaf merutinkan ruqyah ?"
"Sebaiknya sibukkan diri dengan menuntut ilmu bukan meruqyah"
Orang-orang yang berkata seperti ini, mungkin belum pernah terjun langsung ke lapangan. Baik sebagai praktisi ruqyah ataupun hanya sekedar melihat bagaimana keadaan pasien dan mungkin karena dirinya atau anaknya, istrinya dan keluarganya yang lain belum pernah kena gangguan jin maupun sihir.
Meruqyah pada dasarnya adalah membantu / menolong orang lain. Meruqyah bukanlah pekerjaan yang menyianyiakan waktu. Peruqyah tidak sekedar membantu mengobati gangguan jin / sihir. Tapi juga mendakwahkan tauhid dan mencegah perbuatan syirik.
Di masa sekarang ini ada banyak sekali gangguan jin / sihir yang menimpa kaum muslimin. Sudah dimaklumi dalam tatanan masyarakat bahwa penyakit non medis itu dapat diobati dengan ruqyah syar'iyah ataupun pergi ke dukun. Apabila tidak menemukan peruqyah, mereka yang lemah tauhidnya akan datang ke dukun.
Sebagian gangguan jin itu bisa diselesaikan dengan ruqyah mandiri atas izin Allah. Namun sebagian kasus lainnya sangat berat sehingga orang memerlukan bantuan peruqyah.
Seorang peruqyah syar'iyah bukanlah orang yang punya kelebihan atau kesaktian. Namun berbekal tawakkal dan keyakinan serta pengharapan yang besar kepada Allah.
Untuk membantu pasien, peruqyah telah mengorbankan waktu luangnya, tenaganya, hartanya bahkan mempertaruhkan keselamatan dirinya sendiri. Sedangkan pasien yang butuh bantuan itu, kadang ada yang terencana dan kadang ada juga yang sifatnya mendesak atau darurat.
Apabila anda bisa menikmati waktu dan kesempatan untuk hadir di majelis Ilmu atau berkumpul bersama keluarga, atau beristirahat di rumah kapan saja, maka bersyukurlah kepada Allah atas nikmat itu. Namun ketahuilah, anda tidak melakukan apa-apa untuk kesembuhan pasien. Tidak ada kontribusi sama sekali.
Lalu bagaimana nada bisa mencibir seseorang yang tengah berjuang membantu sesama ?
Apabila Allah izinkan kesembuhan pasien itu melalui ruqyah yang telah dilakukan pasien bersyukur kepada Allah mengucapkan terima kasih kepada peruqyah. Keluarga pasien pun mengucapkan terima kasih. Sedangkan para pencibir ?
Dia bukan pasien dan bukan keluarga pasien. Dia tidak melakukan apa-apa untuk membantu pasien. Dia bahkan tidak ada dalam situasi atau permasalahan itu tetapi mencibir.
"Masa meruqyah hampir tiap hari ?"
"Apakah ulama salaf merutinkan ruqyah ?"
"Sebaiknya sibukkan diri dengan menuntut ilmu bukan meruqyah"
Orang-orang yang berkata seperti ini, mungkin belum pernah terjun langsung ke lapangan. Baik sebagai praktisi ruqyah ataupun hanya sekedar melihat bagaimana keadaan pasien dan mungkin karena dirinya atau anaknya, istrinya dan keluarganya yang lain belum pernah kena gangguan jin maupun sihir.
Meruqyah pada dasarnya adalah membantu / menolong orang lain. Meruqyah bukanlah pekerjaan yang menyianyiakan waktu. Peruqyah tidak sekedar membantu mengobati gangguan jin / sihir. Tapi juga mendakwahkan tauhid dan mencegah perbuatan syirik.
Di masa sekarang ini ada banyak sekali gangguan jin / sihir yang menimpa kaum muslimin. Sudah dimaklumi dalam tatanan masyarakat bahwa penyakit non medis itu dapat diobati dengan ruqyah syar'iyah ataupun pergi ke dukun. Apabila tidak menemukan peruqyah, mereka yang lemah tauhidnya akan datang ke dukun.
Sebagian gangguan jin itu bisa diselesaikan dengan ruqyah mandiri atas izin Allah. Namun sebagian kasus lainnya sangat berat sehingga orang memerlukan bantuan peruqyah.
Seorang peruqyah syar'iyah bukanlah orang yang punya kelebihan atau kesaktian. Namun berbekal tawakkal dan keyakinan serta pengharapan yang besar kepada Allah.
Untuk membantu pasien, peruqyah telah mengorbankan waktu luangnya, tenaganya, hartanya bahkan mempertaruhkan keselamatan dirinya sendiri. Sedangkan pasien yang butuh bantuan itu, kadang ada yang terencana dan kadang ada juga yang sifatnya mendesak atau darurat.
Apabila anda bisa menikmati waktu dan kesempatan untuk hadir di majelis Ilmu atau berkumpul bersama keluarga, atau beristirahat di rumah kapan saja, maka bersyukurlah kepada Allah atas nikmat itu. Namun ketahuilah, anda tidak melakukan apa-apa untuk kesembuhan pasien. Tidak ada kontribusi sama sekali.
Lalu bagaimana nada bisa mencibir seseorang yang tengah berjuang membantu sesama ?
Apabila Allah izinkan kesembuhan pasien itu melalui ruqyah yang telah dilakukan pasien bersyukur kepada Allah mengucapkan terima kasih kepada peruqyah. Keluarga pasien pun mengucapkan terima kasih. Sedangkan para pencibir ?
Dia bukan pasien dan bukan keluarga pasien. Dia tidak melakukan apa-apa untuk membantu pasien. Dia bahkan tidak ada dalam situasi atau permasalahan itu tetapi mencibir.