Khilaf Ulama Salafy seputar Ruqyah Syar'iyyah

Sunday, March 29, 2020

PERBEDAAN PENDAPAT ULAMA SALAFY SEPUTAR RUQYAH SYAR'IYYAH
=========================================

Kita harus mampu menunjukkan kedewasaan sikap, toleransi, dan objektivitas yang tinggi menghadapi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Kita tetap mendudukkan pendapat mereka di bawah Al Qur’an dan Hadits, tidak memaksakan pendapat, dan selalu siap menerima kebenaran dari siapa pun datangnya. Peganglah prinsip relativitas pengetahuan manusia. Sebab, kebenaran mutlak hanya milik Allah subhanahu wata’ala. Para ulama tidak pernah memposisikan pendapat mereka sebagai yang paling absah sehingga wajib untuk diikuti.
Teman-teman sekalian................
Jika khilaf sangat kuat sehingga seorang muslim tidak mampu mengetahui mana yang benar, maka dia (boleh) bertaqlid kepada ulama yang dia percayai ilmu dan din-nya.
Dibawah ini adalah beberapa perbedaan pendapat ulama seputar ruqyah syar'iyyah yang akan saya sajikan secara bersambung :
1. DIALOG DENGAN JIN
Syaikh Robi mengharamkan dialog dengan jin dengan mengatakan : “Tidak boleh, darimana kamu tahu bahwa dia itu muslim? Boleh jadi dia adalah munafik atau kafir, namun ia mengatakan, “Saya muslim”. Kamu tidak mengetahui hakikat jin dan engkau tidak pula mengetahui perkara yang ghaib. Maka hal tersebut tidak diperbolehkan -semoga Allah memberkahimu-.” http://al-atsariyyah.com/fatawa-asy-syaikh-rabi-seputar-jin-dan-ruqyah.html
Sedangkan syaikh Bin Baz memperbolehkan dialog dengan jin bahkan membuat kitab khusus membahas dialog dengan jin, lihat di http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_fatawa/single/id_dialog_dengan_jin_yang_masuk_ke_tubuh_manusia.pdf
Syeikh Wahid Abdus Salam Bali (Ulama salafy mesir) dalam kitab beliau Wiqayatul insan minal jinni wa sysyaitan menyebutkan bahwa ada kemungkinan seseorang berdialog dan berkomunikasi dengan jin. Serta melakukan perdebatan dan mengajak jin itu untuk masuk Islam.
Pendapat saya : Saya hanya tholabul ilmu maka saya akan merujuk pada pendapat yang menurut saya paling rajih yaitu boleh berdialog dengan jin dan mendakwahinya, perkara jin itu berbohong atau benar-benar ikhlas masuk islam hanya Allah yang Maha Mengetahui isi hati jin tersebut.
2. MERUQYAH AIR
a. Tidak perlu meruqyah air.
Syaikh Ali al Halabi menjelaskan :” ruqyah itu tidak perlu menggunakan media air atau minyak zaitun. Ruqyah yang benar adalah secara langsung membacakan ayat ayat al Quran kepada anggota badan yang sakit, tangan orang yang meruqyah diletakkan di bagian badan yang sakit. http://ustadzaris.com/bahaya-air-ruqyah (http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?p=187210#post187210)
b. Tidak sepantasnya meruqyah pada air.
Syaikh Robi menjelaskan :” Tidak sepantasnya dilakukan, walaupun para ulama berpendapat dengannya, namun tidak ditemukan dalil atasnya. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak pernah melakukannya, demikian pula para shahabat -semoga Allah memberkahi kalian-. Mereka yang membolehkan hal tersebut tidak mempunyai satu dalil pun (yang bisa dipegang), sementara mereka mengetahui bahwa kami tidak akan menerima suatu pendapat, kecuali disertai dengan dalilnya. Maka setiap orang diambil perkataannya dan ditolak kecuali Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-.
http://ahlussunnah-prambanan.blogspot.com/2011/12/meruqyah-dengan-membacakan-al-quran-ke.html (Sumber : http://www.rabee.net/show_fatwa.aspx?id=182 )
c. Boleh meruqyah pada air sebab ada haditsnya.
Syaikh Bin Baz menjelaskan : “Jibril pernah meruqyah beliau Shallallahu’alaihi Wasallam ketika beliau sakit, dengan menggunakan air dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga pernah membacakan (ayat Qur’an dan doa-doa yang ma’tsur, ed.) pada air untuk Tsabit bin Qais radhiallahu’anhu lalu memerintahkan ia untuk memercikkan air tersebut pada dirinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Ath Thib dengan sanad yang hasan.
http://muslim.or.id/fatwa-ulama/fatwa-ulama-metode-ruqyah-dengan-air-yang-dibacakan-doa.html . ( http://www.binbaz.org.sa/mat/1899 )
d. Fatwa Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah. Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i lihat di http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_fatawa/single/id_Meniup_di_air_termasuk_ruqyah_yang_boleh.doc
e. Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu meruqyah air zam-zam
-----------------------------------------
Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu berkata: "Aku pernah tinggal di Makkah selama beberapa waktu dalam keadaan tertimpa berbagai penyakit. Dan aku tidak menemukan tabib maupun obat. Aku pun mengobati diriku sendiri dengan Al-Fatihah yang dibaca berulang-ulang pada segelas air Zam-zam kemudian meminumnya, hingga aku melihat dalam pengobatan itu ada pengaruh yang mengagumkan. Lalu aku menceritakan hal itu kepada orang yang mengeluh sakit. Mereka pun melakukan pengobatan dengan Al-Fatihah, ternyata kebanyakan mereka sembuh dengan cepat."
Subhanallah! Demikian penjelasan dan persaksian Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu terhadap ruqyah serta pengalaman pribadinya berobat dengan membaca Al-Fatihah. (Ad-Da`u wad Dawa` hal. 8, Ath-Thibbun Nabawi hal. 139)
Pendapat saya : : Saya hanya tholabul ilmu maka saya akan merujuk pada pendapat yang menurut saya paling rajih yaitu boleh dan dianjurkan meruqyah menggunakan media cair seperti air atau benda cair lainnya sebab ada dalilnya dari Rasulullah.
3. HUKUM RUQYAH MASSAL
a. Boleh melakukan terapi ruqyah massal
Fatwa Syaikh Abdullah al-Jibrin memperbolehkan ruqyah massal . http://www.alsofwa.com/5236/1364-fatwa-membaca-secara-berjamaah-di-satu-tempat-dengan-menggunakan-mikrofon.html Sumber : Fatwa-Fatwa Terkini, jilid 3, hal:153-154, cet: Darul Haq Jakarta
b. Bid’ah melakukan ruqyah massal.
Saya tidak menemukan fatwa kibar ulama yang membid’ahkan ruqyah massal kecuali dari ustadz kita dari Indonesia yaitu Ustadz yazid Jawwaz dan Ustadz Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc
Pendapat saya : Saya hanya tholabul ilmu maka saya akan merujuk pada pendapat yang menurut saya paling rajih yaitu boleh melakukan ruqyah massal.
4. MEMBUKA TEMPAT PRAKTEK RUQYAH DAN MENGAMBIL UPAH JASA RUQYAH.
a. Boleh menjadikan ruqyah sebagai profesi dan mengambil upah ruqyah.
Fatwa Al-Lajnah ad-Da`imah memperbolehkan seorang yang menjadikan dirinya berpofesi sebagai peruqyah mengambil upah ruqyah untuk memenuhi kebutuhan hidup. http://www.alsofwa.com/5259/1387-fatwa-hukum-mengambil-upah-dari-ruqyah-agar-bisa-memenuhi-kebutuhan-hidup.html
b. Tidak boleh membuka tempat pengobatan ruqyah dan tidak boleh menetapkan dan mengharap upah ruqyah .
Syaikh fauzan telah menjelaskannya di http://www.alsofwa.com/5047/1175-fatwa-tidak-boleh-membuka-tempat-praktek-pembacaan-ruqyah.html
Pendapat saya : hanya tholabul ilmu maka saya akan merujuk pada pendapat yang menurut saya paling rajih yaitu boleh membuka tempat pengobatan ruqyah juga menerima upah dan para prakteknya ditempat pengobatan ruqyah tidaklah khusus hanya untuk terapi ruqyah namun juga biasanya membuka praktek pengobatan thibun nabawi lainnya (bekam, herbal dll).
sekedar Intermezo.....................
Tgl 20 februari 2006 yang lalu telah datang syaikh Musa Alu Nasr (murid utama Syaikh Albani) di masjid UGM untuk memberikan ceramahnya, saya melalui Ustadz Abu Sa'ad sebagai pengajar ponpres Jamilurrahman yogya, saya harus meminta bantuan beliau sebab beliau adalah panitianya untuk bisa menanyakan secara langsung dan mendengarkan Fatwa Syaikh Musa Alu nasr mengenai: 1. Hukum membuka tempat pengobatan Ath-Thibun Nabawiyah"ruqyah, bekam dan pengobatan herbal", 2. hukum ruqyah secara massal atau berjama'ah

Adapun fatwa syaikh Musa Alu Nasr mengatakan pada hukum membuka pengobatan Ath-Thibun Nabawiyah beliau memfatwakan BOLEH membukanya sebab mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat banyak sekaligus menghidupkan sunnah rasul.
Adapun fatwa Syaikh Musa Alu Nasr mengenai ruqyah massal beliau pun membolehkan sebab Syaikh Jibrin (dalam fatwa2 terkini tantang ruqyah juga membolehkan ruqyah secara berjama'ah) juga tidak mempermasalahkan ruqyah secara berjama'ah sebab pada hakikatnya mendengarkan Al-Qur'an baik secara sendiri-sendiri atau bersama sama memiliki keutamaan bagi penyembuhan penyakit hati atau penyakit fisik.
Wallau'alam

Fenomena Jin Catcher dan Mediumisasi dalam Ruqyah

Tuesday, March 17, 2020

📖MENANGGAPI FENOMENA JIN CATCHER DAN MEDIUMISASI DALAM RUQYAH 📖

Banyak orang belum faham perbedaan RUQYAH dengan NYAMBET...

Lebih GAWAT lagi jika yg belum faham masalah ini adalah peruqyah aktif yg hobi mengunggah proses ruqyahnya di medsos sambil praktek NYAMBET kepada mediatornya...

Nyambet istilah kerennya adalah MEDIUMISASI alias JIN CATCHER, alias mengundang dan memasukkan jin ke dalam tubuh MEDIATOR untuk ditanya-tanya dan "didakwahi"...

Sama seperti acara TV tengah malam (sudah punah) yg menyusuri tempat angker untuk dikuak jejak misterinya dgn memanggil jin agar bisa diwawancarai melalui tubuh mediatornya...

Di sini ada beberapa poin KRITIKAN yg saya susun mengenai praktek MEDIUMISASI alias tehnik JIN CATCHER yang sangat TIDAK relevan dengan RUQYAH SYAR'IYYAH ditinjau dari 3 sisi :

✏PERTAMA✏
Bertentantan dengan 3 prinsip dasar pengobatan nabawi (terkhusus bidang ruqyah syar'iyyah) :
👉 Menjaga Kesehatan (حفظ الصحة) : 

👉 Mencegah datangnya penyakit 
(الحمية عن المؤذي)

👉 Pengeluaran unsur perusak dari dalam tubuh (استفراغ المواد الفاسدة)

Dari 3 prinsip dasar di atas maka kita bisa ambil kesimpulan bahwa tehnik MEDIUMISASI adalah BATHIL..

Yakni jika memang pasien sudah sadar, jin sudah islam dan pergi (katanya), 
maka mengapa harus dibuka lagi portal ghaibnya dan dimasukkan lg jinnya ke dalam tubuh si "MANTAN PASIEN" ? 
Itu sama saja membiarkan saudara kita terus menerus dikuasai jin dengan mudahnya..

Orang yang pernah kena gangguan jin bukan suatu ALASAN yang CERDAS untuk dijadikan argumen pembenaran tehnik MEDIUMISASI,

Justru itu adalah sebuah penyesatan yg NYATA karena mengajarkan kepada khalayak ramai 3 poin BERBAHAYA yg bertentangan dengan prinsip dasar pengobatan nabawy, yakni :
👎TIDAK MENJAGA kesehatan jiwanya agar tidak dirasuki jin, 
👎TIDAK MENJAGA dirinya agar terhindar dari penyakit (dalam hal ini mencegah agar tidak kesurupan),
👎dan TIDAK MENGELUARKAN UNSUR PERUSAK (dalam ranah ruqyah adalah pengeluaran dan penutupan unsur ghaib dari dalam tubuh)..

Maka dari kesimpulan di atas "mediumisasi" bisa dihukumi sebagai perkara yg menimbulkan bahaya yg lebih besar, dalam kaedah fiqhiyah hukum asal dari segala hal yg menimbulkan madharat/bahaya adalah HARAM :

الأصل في المضار التحريم
(Al-Ashlu fil Madhaarri At-Tahriimu)

✏KEDUA✏
Bertentangan dengan kaedah berinteraksi dengan jin dan fatwa ulama, khususnya madzhab Syafi'i yang mengharamkan MENGUNDANG JIN untuk ditanya-tanyai perkara ghaib..

أنه لا يجوز الاستعانة بالجن في قضاء الحوائج و امتثال أوامره و إخباره بشيء من المغيبات

"Tidak dibolehkan meminta tolong kepada bangsa jin untuk memenuhi keperluan, menuruti perintah, dan agar jin itu mengabarkan suatu perkara yang ghaib.." (ad-Durrul Fariid fi Syarhi Jauharoti at-Tauhid hal.255)

Dalam prakteknya sering kita temui orang yg "katanya" adalah PENDAKWAH DUA DUNIA melakukan mediumisasi untuk mendakwahi bangsa jin dengan memasukkannya ke tubuh mediator..

Namun nyatanya dia malah masuk ke dalam skenario drama jin, sehingga asyik bertanya tentang suatu perkara ghaib yang tak layak ditanyakan, contoh :

😲"KAPAN DAJJAL AKAN DATANG ?"

Dan berbagai informasi lain yg sesungguhnya jin pun tidak akan pernah tau informasi tsb..

✏Ketiga✏
Mempercayai bahwa jin yang masuk ke dalam tubuh mediator adalah ROH LELUHUR atau ORANG SHALIH..

Ini sangat bertentangan dengan Aqidah Islam yg Allah ajarkan dalam Al-Quran bahwa orang yang sudah meninggal ruhnya akan tertahan dan tak mungkin bisa kembali ke dunia, apalagi merasuk ke tubuh manusia lainnya hanya untuk wawancara dengan mba Indah Ananta.. qiqi 😆

Allah Ta'ala berfirman :

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ(١٠٠)

 "Dan tatkala datang kematian kepada seorang diantara mereka, dia akan berkata "Ya Rabb kembalikan aku ke dunia supaya aku bisa beramal shalih pada waktu yg telah aku lewatkan".. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah kalimat dia sendiri yang mengatakannya, di di belakangnya ada dinding hingga hari kebangkitan.." (QS.Al-Mu'minun ayat 99-100)

Oleh karenanya saya pribadi selaku FOUNDER ARSYADA AL-FATTAH melarang KERAS praktek mediumisasi dalam ruqyah apapun alasan dan tujuannya..

Karena Ruqyah Syar'iyyah bukan mediumisasi..
Dan mediumisasi BUKAN ruqyah syar'iyyah..

Tugas kita adalah mendakwahi jin yg mengganggu di dalam tubuh saudara kita, BUKAN mengundang jin LUAR untuk masuk ke dalam tubuh manusia lalu kemudian didakwahi..

Arsyadaniyallahu wa iyyaakum
❤Muhibbukum fillah❤
✏Baba Musyaffa Muhammad Faizar ✏

🌏Sokaraja, 2 Rajab 1439 H🌏
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Roqi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger